Saturday, June 28, 2014

Saad bin Abi Waqas , penyebar Islam di China

 
 
Saad bin Abi Waqas dikenal sebagai penyebar Islam di Cina. Lahir dan besar di kota Makkah, ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan cerdas. Postur tubuhnya digambarkan tidak terlalu tinggi, namun tegap dengan potongan rambut pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan "singa muda".
Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meskipun berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianuti masyarakatnya (jahiliyah). Ia membenci upacara penyembahan berhala yang menjadi budaya di Makkah saat itu.

Suatu hari dia didatangi Abu Bakar yang dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Saad menemui Muhammad di sebuah bukit dekat Makkah. Pertemuan itu amat berkesan di jiwa Saad yang ketika itu baru berusia 20 tahun.

Saad segera menerima undangan Nabi Muhammad Saw untuk menjadi penganut Islam. Saad kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk Islam. 

Saad sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah Saw. Ibunda Rasul, Aminah binti Wahhab, berasal dari suku yang sama dengan Saad, yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu, Saad juga sering disebut sebagai Saad dari Zuhrah untuk membedakannya dengan Saad-Saad yang lain.

Keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa hari, ibunya menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah. 

Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan hanya bersedia makan jika Saad kembali ke agama lamanya. 

Namun, Saad berkata, bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa kepada ibunya, namun kecintaannya pada Allah Swt dan Rasulullah Saw jauh lebih besar lagi.

Mendengar keteguhan hati Saad, ibu Saad akhirnya menyerah dan makan kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Saad bin Abi Waqqas. 

Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim mengasingkan diri ke bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu menghalangi mereka.

Saat tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling melemparkan ucapan kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Saad bin Abi Waqqas memukul salah seorang orang Quraisy dengan tulang unta sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat konflik antara umat Islam dengan orang kafir.

Konflik makin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat Islam. Setelah peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan bersabar menghadapi orang Quraisy (QS Al-Muzammil: 10). 

Cukup lama kaum Muslimin menahan diri. Hanya beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan melakukan serangan terhadap orang kafir. Saad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak pemimpin utamanya.

Dijamin Surga

Suatu hari ketika Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke ufuk dan berkata, "Seorang penghuni surga akan muncul." Ketika para sahabat mencari di sekeliling siapa yang dimaksud Nabi, tiba-tiba Sa’ad muncul. Abdullah bin Amr menanyakan "rahasia" sehingga mendapat jaminan surga. 

Sa’ad mengatakan, "Ibadah yang aku kerjakan juga dikerjakan yang lain, kecuali aku tidak pernah menaruh dendam atau berniat jahat terhadap kaum muslimin."

Saad terlibat dalam Perang Badar bersama saudaranya, Umair, yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada perang Uhud, bersama Zaid, Saad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. 

Saad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah Saw setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka.

Saad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan Islam. 

Saad juga merupakan salah satu sahabat yang dikurniai kekayaan yang banyak dan digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal kerana keberaniannya dan dermawannya. Saad hidup hingga usianya menjelang 80 puluh tahun. 

Menjelang wafatnya, Saad meminta putranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang Badar. "Kafani aku dengan jubah ini kerana aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini," ujarnya.

Kepahlawan Saad 

Penolakan Kaisar Parsi untuk menerima Islam membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan bukan Muslim. 

Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan tentara Parsi di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.

Bersama 3000 pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. 

Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan. Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah berhampiran Hira. 

Pasukan musuh yang datang untuk menentang pasukan tentera Muslimin, mereka semua berjumlah 120,000 ribu orang dibawah panglima perang kebanggaan mereka, Rustum.

Sebelum memulai peperangan, Umar bin Khattab yang menjadi khalifah saat itu, mengarahkan Saad menulis surat kepada Kaisar Parsi, Yazdagird dan Rustum. Isi surat itu mengajak mereka masuk Islam.

Delegasi Muslim yang pertama berangkat menemui Yazdagird adalah Nu’man bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird. Untuk mengirim surat kepada Rustum, Saad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. 

Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi kepada Rubiy bin Aamir sebagai pembalasan dan penghinaan. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahawa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik iaitu syurga.

Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Saad bercucuran kerana ia terpaksa harus berperang yang bererti mengorbankan nyawa orang Muslim dan bukan muslim.

Setelah itu, untuk beberapa hari dia terbaring sakit kerana tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Saad tahu bahwa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa. 

Ketika tengah berfikir, Saad akhirnya mendapati bahawa dia tetap harus berjuang. Karena itu, meskipun terbaring sakit, Saad segera bangkit dan menghadapi pasukannya.

Di depan pasukan Muslim, Saad membaca QS Al-Anbiya: 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang soleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.

Setelah itu, Saad menukar pakaian kemudian menunaikan Shalat Zhuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Saad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. 

Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Farsi. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.

Dimana Saad bin Waqas Dimakamkan?

Menurut catatan rasmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke China sekitar tahun 30 H atau 651 M.

Disebutkan, Islam masuk ke China melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Usman bin Affan (23-35 H / 644-656 M). Menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim China pada abad ke-18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke China oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas.

Islam pertama kali datang ke China dibawa panglima Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan, Saad bin Abi Waqqas dan tiga sahabat lainnya datang ke China dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.

Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Ia kembali lagi ke China 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Al Quran. 

Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Al Quran dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.

Pada kedatangannya yang kedua di tahun 650, Saad berlayar melalui Samudera Hindi ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Kemudian ia berlayar ke Chang’an atau kini dikenal degan nama Xi’an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalan Sutera.

Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan baik oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. 

Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya sesuai dengan ajaran Konfusius.

Namun, sang kaisar merasa bahwa kewajiban shalat lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu berat baginya hingga akhirnya ia tidak jadi memeluk Islam. 

Namun begitu, ia mengizinkan Saad bin Abi Waqqas dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yi si lan Jiao atau agama yang murni. Kota Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).

Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Ianya teletak di jalan Guang Ta Lu.

Masjid ini terus bertahan melewati berbagai monumen sejarah China dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki beberapa kali. 

Baru-baru ini masjid ini di perbaiki sekali lagi dengan melibatkan pembesaran ruangan shalat bila pihak pengurusan masjid membeli sedikit ruang bagian belakang masjid . 

Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad Saw.

Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guang ta, karena masjid dengan menara yang indah ini yang letaknya di jalan Guangta. Ta berarti menara karena menurut sejarahnya menara masjid ini adalah yang tertinggi pada awal pemdiriannya dibandingkan bangunan lain.

Sebagian orang percaya Saad bin Abi Waqqas menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, China. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya. Makamnya menjadi tempat kunjungan wisata religi dari seluruh pelosok dunia.

Orang yang datang di Guangzhou merasa tidak lengkap jika tidak menjejakkan kaki ke makam Saad. Namun, sebagian lagi menyatakan, Saad meninggal di Baqi’, dekat Madinah, dan dimakamkan dikawasan makam para sahabat.

Meskipun tidak diketahui secara pasti di mana Saad bin Abi Waqqas meninggal dan dimakamkan, namun yang pasti ia memiliki peranan penting terhadap perkembangan Islam di China. 

Kalaupun kubur yang ada di China itu bukan kubur Saad bin Abi Waqas tetapi pastinya kubur tersebut adalah kubur seorang berbangsa Arab yang memiliki jasa besar kepada perkembangan Islam di China.

Kisah Saad Masuk Islam

Saad bercerita: "Tiga malam sebelum aku masuk Islam, aku bermimpi, seolah-olah aku tenggelam dalam kegelapan yang tindih menindih. Ketika aku sedang mengalami puncak kegelapan itu, tiba-tiba kulihat bulan memancarkan cahaya sepenuhnya, lalu kuikuti bulan itu. aku melihat tiga orang telah lebih dahulu berada di hadapanku mengikuti bulan tersebut. 

Mereka itu ialah Zaid bin Haritsh, Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar Ash-Shidiq. Aku bertanya kepada mereka: Sejak kapan Anda bertiga di sini? Belum lama, jawab mereka.

Setelah hari siang, aku mendapat kabar, Rasulullah SAW mengajak orang-orang kepada Islam secara diam-diam.

 Yakinlah aku, sesungguhnya Allah SWT menghendaki kebaikan bagi diriku, dan dengan Islam Allah akan mengeluarkanku dari kegelapan kepada cahaya terang. 

Aku segera mencari beliau, sehingga bertemu dengannya pada suatu tempat ketika dia sedang shalat Ashar. Aku menyatakan masuk Islam di hadapan beliau. Belum ada orang mendahuluiku masuk Islam, selain mereka bertiga seperti yang terlihat dalam mimpiku.

Saad melanjutkan kisahnya masuk Islam. Ketika ibuku mengetahui aku masuk Islam, dia marah bukan kepalang. Padahal aku anak yang berbakti dan mencintainya. 

Ibu memanggilku dan berkata: "Hai Saad! Agama apa yang engkau anut, sehingga engkau meninggalkan agama ibu bapakmu? 

Demi Allah! Engkau harus meninggalkan agama barumu itu! atau aku mogok makan minum sampai mati…! Biar pecah jantungmu melihatku, dan penuh penyesalan karena tindakanmu sendiri, sehingga semua orang menyalahkan dan mencelamu selama-lamanya."

Jawabku: "Jangan lakukan itu, Bu! Tetapi aku tidak akan meninggalkan agamaku biar bagaimanapun."

Ibu tegas dan keras melaksanakan ucapannya. Beliau benar-benar mogok makan minum. Sehingga tubuh dan tulang-belulangnya lemah, menjadi tidak berdaya sama sekali. 

Terakhir, aku mendatangi ibu untuk membujuknya supaya dia mau makan dan minum walaupun agak sedikit. Tetapi ibu memang keras. Beliau tetap menolak dan bersumpah akan tetap mogok makan sampai mati, atau aku meninggalkan agamaku, Islam.

Aku berkata kepada ibu: "Ibu! Sesungguhnya aku sangat mencintai ibu. Tetapi aku lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah! Seandainya ibu memiliki seribu jiwa, lalu jiwa itu keluar dari tubuh ibu satu per satu (untuk memaksaku keluar dari agamaku) sungguh aku tidak meninggalkan agamaku karenanya."

Tatkala ibu melihatku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, dia pun mengalah. Lalu dia menghentikan mogok makan sekalipun dengan perasaan terpaksa.

Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad SAW:
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,"

Setelah Saad masuk Islam, dia lantas berjasa terhadap Islam dan kaum muslimin dengan prestasi baik dan tinggi. Dalam perang Badar, Saad ikut berperang bersama-sama adiknya Umair. Ketika itu Umair masih muda remaja, belum lama mencapai usia baligh. 

Tatkala Rasulullah SAW memerintahkan tentara muslimin berkumpul dan bersiap sebelum berangkat perang, Umair bersembunyi-sembunyi, takut kalau-kalau dia tidak diperbolehkan Rasulullah turut berperang, karena usianya masih kecil. Tetapi Rasulullah tetap melihatnya, lalu tidak memperbolehkannya ikut. 

Umair menangis, sehingga Rasulullah merasa kasihan, dan akhirnya membolehkan Umair turut berperang. Saad mendatangi adiknya dengan gembira, lalu mengikatkan pedang di bahu Umair, karena tubuhnya yang kecil. Kedua saudara itu pergi berperang berjuang bersama fi sabilillah.

Seusai peperangan Saad kembali ke Madinah seorang diri. Sedangkan adiknya, Umair tinggal di bumi Badar sebagai syuhada’. Saad merelakan adiknya ke pangkuan Allah SWT dengan mengharap pahala dari-Nya.

Ketika tentara kaum muslimin lari kucar-kacir dalam perang Uhud, Rasulullah SAW tinggal di medan tempur dengan kelompok kecil tentara kaum muslimin, tidak lebih dari sepuluh orang. satu diantaranya ialah Saad bin Abi Waqas. 

Sa’ad berdiri melindungi Rasulullah SAW dengan panahnya. Tidak satupun anak panah yang dilepaskan Saad dari busur melainkan mengenai sasaran dengan jitu, dan orang musyrik yang terkena, tewas seketika.

Tatkala dilihat Rasulullah SAW Sa’ad seorang pemanah jitu, beliau berkata memberinya semangat "Panahlah, hai Saad! Panahlah…! Bapak dan ibuku menjadi tebusanmu!"

Saad sangat bangga sepanjang hidupnya dengan ucapan Rasulullah itu. sehingga Saad pernah pula berkata, tidak pernah Rasulullah berucap kepada seorang jua pun, mempertaruhkan kedua ibu bapaknya sekalipun sebagai tebusan, melainkan hanya kepadaku."

Puncak kejayaan Saad ialah ketika Khalifah Umar Al-Faruq bertekad menyerang kerajaan Persia, untuk menggulingkan pusat pemerintahannya, dan mencabut agama berhala sampai ke akar-akarnya di permukaan bumi. Khalifah Umar memerintahkan kepada setiap Gubernur dalam wilayah kekuasaannya, supaya mengirim kepadanya setiap orang yang mempunyai senjata, atau kuda, atau setiap orang yang mempunyai keberanian, kekuatan atau orang yang berpikiran tajam, yang mempunyai suatu keahlian seperi syair, berpidato dan sebagainya, yang dapat membantu memenangkan perang. Maka tumpah ruahlah ke Madinah para pejuang muslim dari setiap pelosok.

Setelah semuanya selesai melapor, Khalifah Umar merundingkan dengan para pemuka yang berwenang, siapa kiranya yang pantas dan dipercaya untuk diangkat menjadi panglima angkatan perang yang besar itu. 

Mereka sepakat dengan aklamasi menunjuk Saad bin Abi Waqas, singa yang menyembunyikan kuku. Lalu khalifah menyerahkan panji-panji perang kaum muslimin kepadanya dengan resmi, dalam pengangkatannya menjadi panglima.

Sewaktu angkatan perang yang besar itu hendak berangkat, Khalifah Umar berpidato memberi amanat dan perintah harian kepada Saad.

Katanya, "Hai Saad! Janganlah engkau terpesona, sekalipun engkau paman Rasulullah dan shahabat beliau. Sesunggunya Allah tidak menghapus suatu kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Allah menghapus kejahatan dengan kebaikan.

Hai, Saad! Sesungguhnya tidak ada hubungan kekeluargaan antara Allah dengan seseorang melainkan dengan mentaati-Nya. Segenap manusia sama di sisi Allah, baik dia bangsawan atau rakyat jelata. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka semuanya adalah hamba-hambaNya. 

Mereka berlebih berkurang karena taqwa, dan memperoleh karunia dari Allah karena taat. Perhatikanlah cara Rasulullah, yang engkau telah mengetahuinya, maka tetaplah ikuti cara beliau itu."

Maka berangkatlah pasukan yang diberkati Allah itu menuju sasaran. Di dalamnya terdapat 99 orang alumni pahlawan perang badar, lebih kurang 319 orang para shahabat yang tergolong dalam baiatur ridlwan, 300 orang pahlawan yang ikut dalam penaklukan Makkah bersama-sama Rasulullah SAW, 700 orang putra-putra shahabat, dan pejuang-pejuang muslim lainnya (yang keseluruhan berjumlah 30.000 orang).

Sampai di Qadisiyah, Saad menyiagakan seluruh pasukannya dan bertempur hebat. Pada hari itu sebagai hr yang menentukan. Mereka mengepung musuh dengan ketat, lalu maju ke depan dari segala arah, sambil membaca takbir.

Dalam pertempuran itu, kepala Rustam, panglima tentara Persia, berpisah dengan tubuhnya oleh lembing kaum muslimin. Maka merasuklah rasa takut dan gentar ke dalam hati musuh-musuh Allah. 

Sehingga dengan mudah kaum muslimin menghadapi para prajurit Persia dan membunuh mereka. Bahkan kadang-kadang mereka membunuh dengan senjata musuh itu sendiri.

Saad bin Abi Waqas dikaruniai Allah usia lanjut. Dia dicukupi kekayaan yang lumayan. Tetapi ketika wafat telah mendekatinya, dia hanya meminta sehelai jubah usang. 

Katanya, "Kafani aku dengan jubah ini. Dia kudapatkan dari seorang musyrik dalam perang badar. Aku ingin menemui Allah dengan jubah itu." [Mel/dari berbagai sumber].DDHK


Sunday, June 8, 2014

Seorang Pemuda Islam Telah Menggoncangkan Vatikan



Pada suatu malam di musim panas tahun 1918 M di salah satu perkampungan miskin di Bandar Surat berhampiran sempadan barat India, lahirlah seorang bayi dari pasangan suami isteri muslim. Dia adalah anak pertama mereka ketika mereka sudah mencapai usia tua.

 

Kanak-kanak ini hidup sebagaimana kebanyakan kanak-kanak yang lain di perkampungan miskin tersebut. Tidak ada yang membezakan antara dirinya dengan yang lain dalam masalah pergantungan kepada kedua orang tuanya dan juga dari segi kecerdasan. Dia mempunyai wajah bulat dan tembam, kulit kehitam-hitaman, tingginya sedang dan penuh bersemangat. Dia selalu mengagumi dengan segala sesuatu dan tidak ada yang menghentikan sifat ingin tahu dalam diri dengan pelbagai persoalan di kepalanya.

Ketika usianya mencapai 9 tahun, bapanya mempunyai hasrat untuk berhijrah bekerja dengan anak bapa saudaranya dengan tujuan mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Terasa berat kehidupan di India kerana kepadatan jumlah penduduk yang tinggi dan faktor kekuasaan Inggeris pada masa itu. Oleh kerana itu dia memberitahu hasratnya itu kepada isterinya.

Kerana sangat menyayangi anaknya, dia ingin jika anaknya turut bersamanya dan berjanji kepada isterinya yang dia akan kembali semula selepas setahun. Isterinya merelakan pemergiannya dengan berat hati.

Akhirnya, ayah kanak-kanak tadi berhijrah dan menetap di Kota Dirban untuk beberapa ketika pada tahun 1927 M. Bandar tersebut adalah salah sebuah bandar di Afrika Selatan. Dia berada di bawah tanggungan anak bapa saudaranya dan anaknya pula bersekolahkan di sana. Masa terus berlalu, sudah lapan bulan mereka tinggal disana dan anaknya menunggu masa untuk mendapatkan kembali pelukan ibunya. Beberapa hari selepas itu mereka mendengar berita kematian ibunya. Dua beranak ini terpukul dengan berita kematian tesebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk menetap di Afrika Selatan buat selamanya.

Mereka tinggal di bahagian selatan bandar Dirban. Di sana terdapat perkampungan bangsa Negro. Dia melakukan banyak pekerjaan dan mampu untuk menyara anaknya. Masa terus berlalu, seiring dengan usia dan kesihatan juga mula terganggu.

Selepas tujuh tahun menempuhi liku-liku kehidupan bersama anaknya yang masih bersekolah, bapa kanak-kanak tersebut telah kembali ke rahmatullah pada tahun 1934 M ketika berusia 16 tahun. Dia menamatkan pengajiannya dan mencari pekerjaan. Dia menetap di perkampungan bangsa Negro tersebut yang dia sendiri tidak mengetahui siapa yang akan melindunginya sedangkan negeranya sendiri dan saudara-maranya yang berada di seberang laut tidak mungkin mampu menyeberang untuk membantunya.

Dia banyak bertukar pekerjaan. Akhirnya dia bekerja di sebuah kedai yang pemiliknya adalah seorang Nasrani. Dia adalah salah seorang dari lelaki kulit putih yang tinggal di Afrika Selatan. Pemilik kedai tersebut melihat pada diri remaja itu tanda-tanda kelebihan, amanah, ikhlas dan kejujuran. Sedikit demi sedikit dia mempercayai remaja itu dan berbuat baik kepadanya. Segala-galanya berjalan lancar dan dia bekerja dengan gembira.

Suatu ketika ketenangan tersebut terusik dengan berhembusnya "angin kencang". Pada suatu hari, seorang pendeta Nasrani melawat sahabat karibnya iaitu pemilik kedai tersebut. Semasa mereka berbual, pendeta itu melihat remaja tersebut dan dari riak wajahnya seperti bukan penduduk asli Afrika Selatan.

Dia boleh bercakap Bahasa Inggeris, Bahasa Zulu [bahasa negara-negara Afrika Tengah dan Selatan] dan Bahasa Urdu [bahasa daerah asalnya]. Remaja itu mempunyai wajah berseri-seri dan cekap dalam berkerja. Usianya ketika itu dalam lingkungan 18 tahun.

Pendeta tersebut bertanya kepada sahabatnya: "Siapa nama anak ini?"

Si pemilik kedai menjawab: "Namanya xxxxx"

Pendeta tersebut bertanya dengan perasaan terkejut: "Seorang Muslim?"

Si pemilik kedai menjawab : "Ya!"

Maka Pendeta itu berkata: "Tidakkah kau tahu bahawa mereka menghina Tuhan kita? dan berkata bahawa Dia adalah Hamba [bukan Tuhan] ? "

Pemilik kedai itu berkata: "Akan tetapi dia adalah seorang yang jujur
​​dan dipercayai!

Pendeta itu berkata: "Walaupun seperti itu, dia harus masuk Nasrani atau keluarkan dia tanpa di ampun!"

Akhirnya, pendeta itu berjaya menyebarkan fitnah di hati sahabatnya dan dia memanggil remaja tersebut.

Pemilik kedai itu berkata: "Aku ingin menyelamatkan dari kesesatan!"

Remaja itu menjawab: "Apa itu?"

Pemilik kedai tersebut berkata: "Sesungguhnya pendeta ini adalah agamawan yang mulia, dia ingin menyelamatkan pengikut Tuhan yang hilang dan menolong agar engkau menyelamatkan dirimu sehingga Tuhan akan memberkati!"

Remaja ini mengetahui kesanya iaitu menjadi murtad, maka dia berkata: "Tidak, saya Muslim!"

Maka pemilik kedai itu berkata: "Fikirkan dulu sebelum membuat keputusan!"

Namun remaja itu tetap menolak kerana dia mengetahui kecuali ada satu sembahan yang berhak disembah yakni Allah, ada pun Isa adalah Nabiyullah yang mulia , tidak lebih.

Maka berkatalah pendeta tersebut menclah pembicaraan remaja itu dan marah dengan keteguhannya terhadap agaman dan menolak murtad. "Apakah kamu tidak tahu bahawa Islam adalah agama berhala, kamu tawaf di rumah [Kaabah] yang didalamnya ada batu dan Rasul kalian beristerikan 9 wanita!"

Kemudian pendeta itu menyebutkan semua kekeliruan dan perbohongan tentang Islam tetapi pendeta itu masih belum dapat meluluhkan hatinya. Remaja itu hanya diam untuk menghormati pemilik kedai dan dia berkeyakinan bahawa pemilik kedai hanya membantu sahabatnya si pendeta itu. Akan tetapi beberapi hari selepas itu, pemilik kedai kembali kepada kebiasaannya peranganya yang suka mencela dan memerangi Islam dengan keyakinannya.
Dia tidak boleh membantah kekeliruan itu kerana dia tidak tahu hal tersebut secara sempurna. Maka dia mengambil keputusan yang berada di luar garis kehidupannya, dia memutuskan untuk mempelajari selok belok agama Nasrani.

Untuk permulaan, dia mendekati mubaligh untuk mempelajari kitab-kitab mereka secara ilmiah. Dia memperhatikan Injil, mempelajarinya hingga menghafalnya. Dia membandingkannya dengan Al-Quran dan dia mendapati terdapat banyak perbezaan.
Namun dia belum merasa cukup dan belum hilang hausnya. Maka dia melakukan perjalanan untuk membela Islam.

Pertama, dia mengajak untuk berdebat dengan pemilik kedai iaitu tempat dia bekerja. Dia berdebat begitu hebat sehingga pemilik kedai itu tidak mampu untuk berhujah. Kemudian dia mencabar beberapa pendeta dan dia boleh menjatuhkan mereka melalui tangan mereka sendiri dan mereka tidak dapat mempertahankan kebenaran keyakinan mereka di hadapan ribuan orang yang membanjiri forum debat mereka.

Dia mahu menutup mulut orang Nasrani selamanya agar tidak lancang menghina Islam. Dia berhenti kerja di kedai nasrani tersebut. Dia mula menemui orang-orang Nasrani yang datang ke Afrika Selatan dan mengajaknya berdiskusi. Ketika dialog dan debat yang dia lakukan telah banyak dan usianya mencapai tiga puluhan tahun, dia mula berdialog dengan kalangan pendeta Nasrani.

Semenjak hari itu, suaranya ibarat petir yang menggelegar hingga negara-negara barat Nasrani. Gema yang menggoncangkan dewan Vatican. Pembicaraanya bergema di barat dengan perbincangan dan dialog yang terkenal dan melambungkan reputasinya. Dia terus mencabar dan gaungnya tetap menggema hingga hari ini.

Pembicaraan meliputi pertentangan dalam kitab Injil, pusat-pusat kajian Nasrani dan banyak instituso tinggi di barat membentuk jawatankuasa untuk menangkis dan berhujah di dalamn buku-buku mereka melalui penelitian dan kajian yang serius.

Pemilik kedai dan sahabatnya itu telah membangkitkan akal dan hati anak muda muslim ini. Mereka telah membangunkan anak muda yang lemah lembut itu hingga menggemparkan dunia dan menggegarkan Vatican, menggetarkan gereja-gereja mereka dan membongkar banyak kekeliruan dalam agama mereka.

Pemuda tersebut bernama Ahmad Deedat.




Saturday, June 7, 2014

Zikir membentuk peribadi wanita mulia

 
 
Kehidupan dunia teramat memikat bagi kebanyakan insan. Betapa ramai di kalangan mereka yang silau dengan  keindahannya sehingga lalai dari mengingati Allah. Justeru, marilah kita hidupkan kembali ketaatan kepada Allah dengan Zikrullah. Hati akan kembali tenang dan  damai, dengan mengingati Allah...
 
Daripada Anas bin Malik RA, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
 
"Lazimilah kamu dengan berzikir Ya zaal Jalali wa al-Ikram." 
 
Riwayat al-Bukhari dalam al-Tarikh (2/1256), al-Hakim (1/498-499), Ahmad (4/177), Abu Abdillah bin Mandah dalam al-Ma’rifah (13/ 1) dan dalam Tauhid (72/2), Ibn Asakir dalam Tarikh (6/107/1), semuanya daripada Ibn al-Mubarak. Al-Hakim berkata: Sahih sanad dan muwafaqah oleh al-Zahabi
 
Berdasarkan hadis di atas terdapat banyak fiqh dan faedahnya yang boleh dijadikan pedoman dan juga iktibar. Antaranya..
 
-          Apabila orang soleh berkumpul, mereka akan berzikir kepada Allah SWT, sementara orang-orang yang berperilaku buruk dan durjana berkumpul, mereka akan membincangkan hal-hal yang mendekatkan mereka kepada syaitan yang terkutuk.
-          Zikir orang-orang soleh adalah dengan tasbih, tahmid, bertakbir dan bertahlil sementara zikir orang-orang yang berpaling daripada Allah iaitu dengan nyanyian yang melalaikan, ghibah(mengumpat orang lain), namimah (mengadu domba) dan kekejian. Seorang penyair menggambarkan golongan dengan mengatakan:
 
 
 


 



Apabila kami sakit, maka kami berubat dengan zikir kepada Allah,

                                     Dan tatkala kami tidak berzikir, kami akan jatuh terjerumus.
-          Dia mengatakan: Wahai Tuhanku, apabila hati kami sakit, ia akan terubat dengan berzikir kepada-Mu, hingga ia sembuh. Sedangkan hati orang-orang yang lalai dan durjana, akan sakit dengan mengingati perbuatan sia-sia dan tidak akan pernah sihat selama-lamanya.
-          Akan tetapi, bilakah manusia itu berzikir dengan sebanyak-banyaknya kepada Allah? Ibn al-Solah berkata: Sesiapa yang berzikir kepada Allah pada waktu pagi dan petang, ia termasuk dalam golongan orang-orang yang berzikir kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya (sama ada lelaki mahupun perempuan).
-          Pada jilid yang ke-10 kitab Majmu’ al-Fatawa, karya Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah, dia mengatakan bahawa: Sesungguhnya ibadah yang paling utama setelah ibadah-ibadah wajib adalah zikir. Hal ini sudah pasti menjadi kesepakatan para ulama.
-          Oleh kerana itu, ada dua jalan yang menghantarkan seorang hamba itu menuju keredaan Allah, iaitu berfikir dan berzikir. Tafakur terhadap pelbagai anugerah dan nikmat Allah SWT, berzikir dengan nama-nama yang indah serta sifat-sifat Allah dan juga zikir yang sesuai dengan syariat.


Blog Archive